Tas-tas masih tergeletak di depan bus, begitu pula dengan pemiliknya. Semuanya sudah bersiap-siap di halaman kampus. Hawa dingin yang menelanjangi kampus IAIN Cirebon membawa kami tak sabar untuk segera pemberangkatan. Jumat malam, 26 April 2014, sekitar pukul 09:00, setelah menunggu beberapa lama akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, memulai pemberangkatan dan mengemas barang-barang bawaan kami.
Akan tetapi, sebelum pemberangkatan, terlebih
dahulu adanya pengarahan dari pembina (dosen) dan panitia, karena sudah
seharusnya pengarahan ini dilakukan untuk persiapan ketika sampai di tempat
tujuan. Ya, tempat tujuan kami tak lain adalah ke kota pendidikan. Sebuah tugas
praktikum lapangan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa Tadris IPA Biologi IAIN
Syekh Nurjati Cirebon. Ini merupakan kali pertama di tahun akademik 2013-2014
kususnya semester 2. Tempat tujuan pertama kmai adalah ke Goa Pindul. Untuk
sampai ke sana, kami menggunakan tiga bus, masing-masing berisi kelas biologi
A, B dan C. Dan beberapa dosen serta asisten praktikum.
Sebelum pemberangkatan, tak lepas kami berdoa
untuk keselamatan agar tiba selamat ke tempat. Mobil telah malaju, terus melaju
membelah dinginnya kota Cirebon yang kian menjauh, diiringi harapan dan
penasaran. Seperti apa goa pindul itu? Ada apa di dalamnya? pertannyaan itu
terkadang menggantung di pikiran kami. Bagi yang belum pernah ke sana! Alunan
musik dan udara dingin AC di dalam bus menemani kami dalam perjalanan. Hingga terlelap
tidur.
***
Jadwal yang seharusnya sampai ke Goa Pindul
pukul tujuh pagi, tampaknya tak sesuai rencana. Entahlah! Mungkin akibat
perjalanan yang sedikit dalam kemacetan, atau laju mobil yang terlalu pelan,
atau ketika pemberangkatan terlalup larut malam. Akan tetapi, tak sedikit
masalah bagi kami, yang penting sampai dalam keadaan selamat. Jam menunjukan
pukul lima pagi, untuk sampai ke Goa Pindul sekitar memerlukan waktu tiga jam
lagi. Kami mencari masjid untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah itu,
perjalanan dilanjutkan kembali.
Rasa lelah semalaman duduk di bus sepertinya
akan terbayar sudah ketika kami sudah melihat sinyal-sinyal Goa Pindul sudah
dekat. Di mana spanduk-spanduk yang membuat kami penasaran itu terbentang di
samping jalan-jalan. Alhamdulillah, sekitar pukul sembilan, akhirnya
kami tiba di kawasan wisata Goa Pundul. Wisata ini
terletak di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul,
Yogyakarta. Masih terletak di sebelah selatan Yogyakarta.
Sesampai di sana, terlebih dahulu meluangkan
waktu untuk istirahat meluruskan tulang-tulang yang kian bengkok ini, dan
dilanjutkan dengan sarapan. Sebelum menjelajahi Goa Pindul, terlebih dahulu memakai pelampung dan ban untuk keselamatan, dan yang lebih
terpenting adalah di bimbingan oleh beberapa pemandu. Untuk sampai ke kawasan
Goa Pindul, nampaknya harus berjalan lagi. Dengan kondisi tanjakan dan banyak
kerikil. Walau panas terik, tak menjadi penghalang bagi kami. Semangat kami
jauh lebih besar.
Setelah tiba di tempat start, kami langsung menurunkan ban ke air yang
dibawa masing-masing untuk menahan beban kami. Bila dilihat, untuk menyeburkan
ke sungai harus menunggu antrian karena banyaknya para wisatawan, termasuk kami,
mahasiswa IAIN Cirebon! belum lagi para wisatawan yang kian berdatangan. Sempat
macet! bahkan untuk memasuki Goa Pindul, bisa menunggu beberapa menit.
Ketika sudah berada dalam permukaan sungai, dengan tubuh sudah dilapisi
pelampung dan ditahan oleh ban besar, hal yang penting agar tidak terpisah
adalah saling memegang tali ban satu sama lainnya. Kedalaman sungai kecil goa
ini hingga 1-10 meter.
***
Gelap. Gema suara. Tetesan air. Itulah yang kami rasakan ketika berada di
dalam goa. Hanya beberapa sorot cahaya senter oleh para pemandu. Pemandu ini
pula bertugas untuk menjelaskan dan menggiring perjalanan kami selama
penjelajahan di dalam Goa Pindul ini. Di antaranya, terdapat batuan-batuan stalaktit
dan stalagmit yang begitu cantik. Kami melihat langsung keindahan pahatan alam
dari tetesan air.
Batuan tersebut tak henti meneteskan air. Konon, batuan ini diperkirakan
tumbuh sekitar 1 milimeter per 10 tahun. Ya, bila dibayangkan batuan ini mungkin
telah terbentuk hingga jutaan tahun lalu. Pangkal stalaktit ini berdiameter
sekitar 4-5 meter. Saking besarnya, ia pun disebut soko guru atau tiangnya
gunung. Ada yang berbentuk bunga, dan bisa terlihat apabila diterangi oleh
sinar atau senter, permukaannya juga seolah memantulkan cahaya.
Para pemandu tak henti menejelaskan kepada kami. Goa Pindul ini panjangnya
sekitar 350 meter. Hingga setengah perjalanan, kami melewati beberapa celah
sempit. Batuan-batuan indah yang disoroti senter tak henti menyapa wisatawan
yang penuh semangat. Kelelawar yang berterbangan menjadi hiasan bingkai dalam
gelapnya suasana. Konon, tetesan dari batuan stalaktit ini juga berkhasiat
memberi awat muda apabila dioleskan ke wajah.
Untuk melewati Goa ini, kami harus melewati tiga zona yang berbeda. Yaitu
gelap, remang dan terang. Berulah akan terlihat terang ketika akan sampai ke
ujung goa. Ya, sebelum keluar dari bibir goa yang berbeda, terlihat cahaya yang
masuk dari atas. Lumayan tinggu. Tak terasa sudah sekitar 50 menit kami
menulusuri gelapnya Goa Pindul. Banyak pelajaran yang berharga yang kami
terima. Goa Pindul ini merupakan salah satu dari beberapa banyak kebesaran-Nya.
Ciptaan Allah Swt yang begitu indah dan tampak tersembunyi. Kami bisa
menyaksikan dan merasakannya. Semoga dengan Praktikum Lapangan ini juga, bisa
menumbuhkan iman kita semua.
Di akhir penjelajahan gelapnya Goa Pundul. Tidak afdol apabila tidak
menyeburkan diri. Dan tujuan kami selanjutnya adalah ke pabrik penyulingan
minyak kayu putih..